Ini adalah Rapat Kerja
(RaKer) PMK ke-4 yang ku ikuti. Dimulai dari RaKer tahun 2009 saat aku menjadi
sie Diakonia, tahun 2010 saat aku menjadi Pengurus Inti , tahun 2011 saat aku
menjadi Dewan Penasihat, dan tahun ini saat aku menjadi panitia yang mengurusi
RaKer.
Bagian basuh kaki selalu menjadi bagian yang
sangat menyentuh bagiku di setiap rangkaian Rapat Kerja. Di bagian inilah setiap
orang akan dibasuh dan kemudian membasuh yang lain. Perihal basuh kaki ini
tujuannya adalah untuk mengajarkan setiap pengurus mengenai kerendahan hati.
Poin itu menjadi poin penting yang harus dimiliki setiap orang yang mengaku
diri sebagai “pelayan Tuhan”. Teladan ini sudah terlebih dahulu dilakukan
Tuhan Yesus kepada ke 12 muridNya. Entah kenapa, air mataku
selalu berurai di bagian ini. Hatiku tersentuh saat aku melihat satu sama lain
saling membasuh kaki dan mendoakan. Aku merasakan keterikatan satu sama lain
dan kekuatan doa yang terjalin di antara mereka. Aku pasti selalu merinding
menjelang bagian basuh kaki ini.
Tahun lalu (2011) menjadi moment yang masih sangat melekat di benakku dan sangat berkesan untukku. Saat itu, tongkat bidang 2 itu harus berpindah tangan ke salah satu rekanku. Dia sebenarnya adik kelasku sejak SMA tapi aku sama sekali tidak pernah melihat wujudnya di sekolah. Aku baru benar-benar mengenalnya saat Tuhan mempercayakan kami sebagai tim kerja di ladang Tuhan. Dia adalah salah seorang anggota sie Diakonia. Di Rapat Kerja tahun lalu saat aku hendak membasuh kakinya, dia dengan sengaja mengeraskan kakinya. Lalu sontak aku melihatnya dan mata kami bertemu pandang saat ku lihat orang paling jahil dan tak pernah bisa serius yang pernah ku temui itu sedang berusaha menahan air matanya. Dalam suasana yang sangat syahdu itu, dia menggelengkan kepalanya. Mengisyaratkan kepadaku untuk tidak melakukan itu. Hatiku tersentuh, air mataku sontak mengalir kencang kemudian aku kembali menggelengkan kepalaku sambil berkata : “ga apa-apa, pak”. (aku memanggilnya dengan sebutan pak) Sambil terisak-isak, aku membasuh kaki seorang rekan yang sangat luar biasa itu. Setelah itu, aku berdoa untuknya. Hanya satu yang ku minta saat itu kepada Tuhan untuknya. Aku hanya minta “hati” nya untuk pelayanan satu tahun ke depan.
Tahun lalu (2011) menjadi moment yang masih sangat melekat di benakku dan sangat berkesan untukku. Saat itu, tongkat bidang 2 itu harus berpindah tangan ke salah satu rekanku. Dia sebenarnya adik kelasku sejak SMA tapi aku sama sekali tidak pernah melihat wujudnya di sekolah. Aku baru benar-benar mengenalnya saat Tuhan mempercayakan kami sebagai tim kerja di ladang Tuhan. Dia adalah salah seorang anggota sie Diakonia. Di Rapat Kerja tahun lalu saat aku hendak membasuh kakinya, dia dengan sengaja mengeraskan kakinya. Lalu sontak aku melihatnya dan mata kami bertemu pandang saat ku lihat orang paling jahil dan tak pernah bisa serius yang pernah ku temui itu sedang berusaha menahan air matanya. Dalam suasana yang sangat syahdu itu, dia menggelengkan kepalanya. Mengisyaratkan kepadaku untuk tidak melakukan itu. Hatiku tersentuh, air mataku sontak mengalir kencang kemudian aku kembali menggelengkan kepalaku sambil berkata : “ga apa-apa, pak”. (aku memanggilnya dengan sebutan pak) Sambil terisak-isak, aku membasuh kaki seorang rekan yang sangat luar biasa itu. Setelah itu, aku berdoa untuknya. Hanya satu yang ku minta saat itu kepada Tuhan untuknya. Aku hanya minta “hati” nya untuk pelayanan satu tahun ke depan.
Tahun ini pun, saat bagian
basuh kaki hatiku kembali terenyuh. Ku lihat kembali rekanku itu akan membasuh
rekan sekerjanya yang akan melanjutkan tongkat bidang 2. Dia membasuh kaki
penerusnya, setelah itu mendoakannya. Aku melihat dia menangis saat sedang
berdoa. Tak tahan dengan pemandangan mengharukan itu, aku pun ikut menangis.Saat di bagian saling
mendoakan itu, aku ingin sekali berdoa untuknya. Dan aku ingin sekali
mengucapkan terima kasih yang sangat banyak untuk “hati” nya selama setahun
ini. Tapi keadaan tidak mendukung karena ku lihat dia cukup sibuk, berpindah
satu ke yang lain untuk mendoakan teman-teman pengurus baru.
Entah kenapa aku merasa
sangat tersentuh untuk setiap hal yang dilakukan rekanku yang satu itu. Buat kami
yang dekat dengannya, pemandangan seperti itu adalah pemandangan yang sangat
langkah. Pribadinya yang terkenal tak pernah bisa serius, jogal dan agak sedikit
tolol berubah menjadi sosok yang sangat unyu. Terlahir dari sepasang suami
istri dengan marga yang sama (papaku : simangunsong, mamaku : siahaan),
(papanya : siahaan, mamanya : simangunsong) aku merasa punya sedikit kesamaan
dengannya, termasuk di bagian “ketololan” dan “kejogalan” kami. Dia adalah
tulang dan paribanku (dari adat batak) dan rekan sekerjaku yang paling ok.
Buat mu, seorang rekan
sepelayananku selama 2 tahun : “ aku bersyukur Tuhan pernah mempertemukanku
dengan orang hebat sepertimu. Aku tahu banyak perubahan dan pembentukkan luar
biasa yang sudah Tuhan lakukan untuk mu selama ini. Jaga “hati” yang sudah
Tuhan rangkai itu ya pak...”
No comments:
Post a Comment