Macao


Finally, bisa menginjakkan kaki di salah satu kota penyutingan film BBF “Boys Before Flower” yang dulu nge hits banget di hidup anak remaja sesuaiku (re: anak gahul 90an). Yihaa, sambil joget2. Letaknya tidak begitu jauh dari Hong Kong, kalau lewat jalur laut paling 2 jam-an juga udah nyampe.

Aku memutuskan untuk naik turbo jet dari Sheung Wan Station menuju ke Macao Ferry Terminal. Dari penginapanku di Tsim Sha Shui menuju ke Sheung Wan Station bisa dicapai dengan jasa MTR. Sheung Wan Station ini merupakan mall dengan 3 fasilitas sekaligus : MTR station, mall dan ferry terminal. Tiket yang harus kami bayar untuk bisa sampai di Macao seharga HKD 222/orang (weekend). Teman-teman bisa check harga turbo jet di alamat ini turbojet

Aku yang mabok laut memilih untuk tidur sepanjang perjalanan kami menuju Macao. Sementara mama dengan stamina fisik yang top habis, sambil sekali kali menikmati pemandangan laut yang terbentang di balik jendela kapal masih sempat membaca buku rohani yang dibawanya dari Jakarta. Akhirnya kami pun tiba di Macao Ferry Terminal dengan selamat, hehe. Check recheck di imigrasi (lagi), setelah itu langsung saja aku mengambil semua brosur dan peta petunjuk ttg Macao yang terdapat di sebelah kanan hall di terminal tsb.

Di luar terminal, kami disambut dengan pemandangan indah. Banyak bus warna – warni mewah berjejer rapi di halaman parkir di sebrang terminal. Untuk mencapai halaman parkir tsb, para pengunjung yang datang dari dalam Ferry Terminal harus turun ke ground floor untuk menyebrangi jalan. Yess, salah satu bus cantik itu akan menjadi alternative transportasi kami selama berlibur di Macao. Selama di Macao, kami hanya mengeluarkan uang sebesar 12MOP untuk transportasi, itu juga karena nyasar dan harus memilih taxi sebagai jawaban dari masalah "lost in the city" yang kami alami selama kurang lebih 2 jam. Hanya di Macao lah kita bisa berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengeluarkan biaya alias gretongan. Kita hanya perlu mencari tahu informasi mengenai objek wisata yang dilintasi oleh semua shuttle bus. Hotel - hotel yang menyediakan free shuttle bus : Venetian, City of Dream, Wynn, Grand Lisboa, dan masih banyak lagi.
Venetian shuttle bus
oh ya untuk para wisatawan yang datang dari Hong Kong, tak perlu repot untuk menukarkan uang. Macao menerima mata uang HKD juga, tapi jangan lupa pada saat membelanjakan uang di Macao minta uang kembaliannya dalam bentuk HKD. Karena pada saat di Hong Kong mereka tidak menerima lagi MOP (mata uang Macao). Tujuan pertama kami saat itu adalah Venetian. Ya Venetian. Salah satu icon yang menjadikan Macao cukup terkenal di mata para tourist mancanegara. Hotel bertaraf international ini menyajikan banyak objek wisata yang wajib dikunjungi pada saat kita menginjakkan kaki di Negara administratif China ini, yaitu casino, grand canal Venetian, boutique yang aku sendiri gak berniat untuk melihat lihat ke dalam (sudah kebayang harganya berapa haha), dsb.


Bagi para travelers selevel backpacker spt kami ini, menginap di venetian tak pernah ada dalam list perjalanan kami. Oleh karena itu kami hanya ingin melihat spt apa wujud hotel yang namanya sudah mendunia itu. Kami tiba di hotel tepatnya di pintu West Loby. Masuk ke dalam hotel, menoleh ke sebelah kiri kita akan dengan mudah menemukan “free luggage service”. Segera saja kami ikut mengantri untuk menitipkan ransel besar kami kepada para petugas itu sementara kami akan berkeliling hotel. Note : ini gratis loh, dan ini merupakan layanan dari hotel. 

Aku dan mama segera berkeliling.

my mom was in her action
Di salah satu sisi hotel ini kita akan disuguhkan pemandangan kota-kota kecil bak sedang berada di kota Venezia, Italia. Ada nama jalan-jalan, gedung bertingkat, ada kanal-kanal air (seperti sungai) dan gondola (kapal kayu). Ada yang unik dari pemandangan grand canal venetian macao ini, mereka akan menawarkan suasan romantis ria sambil naik gondola lalu diiringi dengan lagu-lagu romantic berbahasa spanyol atau Italy yang akan dinyanyikan oleh sang kemudi kapal.


Gondola at Grand Canal Venetian, Macao
Setelah puas bernarsis ria di sekitar grand canal, kami melanjutakan perjalanan kami melihat sisi lain dari Venetian. Ini loby utama dari hotel :
Main Loby, Venetian Hotel
Dari loby utama kami penasaran ingin melihat dekat suasana casino. Melihat tampang kami yang  lecek bener, (the real backpacker) aku tak yakin kami diperbolehkan masuk ke dalam casino. Setahuku casino di Medan mengharuskan orang dengan dandanan yang elegan (jas), minimal kemeja dan sepatu, no sandal untuk boleh masuk ke dalam casino. Iseng saja, kami pun mengikuti kumpulan ibu-ibu yang ku yakini juga merupakan golongan tourist spt kami. Yes, ternyata boleh masuk. Tapi gak boleh take picture. Haha, sayang sekali saudara-saudara :p

pemandangan casino dari luar
Kota administratif ini bisa hidup dari mata pencaharian spt ini, casino. Ya walaupun factor wisata juga menjadi salah satu aspek kehidupan ekonomi warga setempat. Dan aku tidak melihat adanya kehidupan yang lebih berarti di daerah Colone ini selain casino dan hotel mewah.

Setelah itu kami pun menyelesaikan petualangan kami di Venetian. Mengambil kembali ransel yang tadi kami titipkan, kami kembali ke Ferry Macao Terminal dengan menaiki free shuttle bus yang tadi membawa kami ke Venetian. Dari terminal kami berpindah shuttle bus mencari bus Grand Lisboa hotel. Penginapan kami letaknya tidak jauh dari GL ini. Lagi – lagi shuttle bus GL ini pun gratis. Hihi, asiknya bisa kemana-kemana gretongan dengan bus mewah. 

Tapi ada satu hal yang selalu akan menjadi penghalang dalam perjalanan kami kali ini, yaitu : bahasa. Agak aneh sih kenapa objek wisata yang bertaraf international spt Macao, China, bahkan Hong Kong sekalipun tidak memaksa para warga setempat untuk mempelajari bahasa Inggris sebagai bahasa international. Dan ini jugalah yang mengakibatkan aku dan mama “lost in the city” selama hampir 2 jam untuk mencari penginapan kami. Tak 1 pun orang yang kami temui di jalanan fasih berbahasa inggris. Malah kebanyakan (hampir 80%) jika disamperin dgn kata “execuse me” langsung melambaikan tangan meresponi maaf. Ah,, sedih sekali L

Setelah 2 jam akhirnya berhasil menemukan penginapan itu, setelah dengan banyak bahasa diupayakan, termasuk bahasa tubuh dan bahasa uka-uka :)))) Drop barang, meluruskan punggung yang sedikit mulai membengkok karena kelamaan membawa ransel yang berat, bersih-bersih wajah yang mulai lecek maksimal, setelah itu aku memutuskan untuk melihat-lihat tempat spt apa yang ada di sekitar penginapan kami itu.

Nih ada toko souvenir yang menarik perhatian kami. Dan ternyata salah satu pegawainya orang Indonesia. Kami langsung ditawarin minum dan permen begitu si pemilik toko tahu kami orang Indonesia.

disini toko murah
Dan ternyata penginapan kami dekat dengan destinasi kami berikutnya, yaitu : Ruin of St. Paul dan Senado Square. Sik asik, lumayan hemat kaki biar gak pegal-pegal amat.

Ruin of St. Paul
Ada toko kue yang cukup terkenal, pastelaria Koi Kei menjual makanan khas Macao. Kalau sempat mengunjunginya, jangan lupa untuk membeli kue egg tart yang sangat terkenal.

pastelaria Koi Kei

Egg Tart, Portugis Cake
Yah, Macao menggoreskan cerita manis di hidupku. Kota yang penuh dengan kemegahan dan kemewahan.. I’m love in it, Macao.






HONGKONG – MACAU – SHENZHEN

Mother Daughter’s Story
Part 1

Udah lama banget rasanya gak ngeblog hehe. Jemari ini serasa ingin sekali menari di atas keyboard laptop untuk celoteh sana sini tentang perjalananku tepat sebulan silam bersama mama.

Check it out..

Aku merencanakan perjalananku ini bersama mama setahun silam. Mempunyai teman baik yang bekerja di bandara, membuatku memiliki privillage tersendiri mengenai informasi tiket pesawat promo. Pendek cerita akhirnya aku dan mama mengantongi tiket pesawat PP Jakarta – Hongkong dengan harga miring 1,7 juta per orang.

Now, it’s my turn to share my story.

Hari pertama hanya kami habiskan untuk perjalanan dari Bandara Soekarno Hatta, Indonesia – Changi International Airport, SingaporeHong Kong International Airport, Hong Kong. Perubahan kebijakan maskapai penerbangan yang kami naiki jujur memberi kerugian bagi kami. Schedule awal pada saat tiket dibeli menyatakan bahwa rute Indonesia – Hong Kong direct dengan total waktu penerbangan selama 5 jam. Timeplan yang di awal sudah ku susun harus berubah dikarenakan perubahan rute. Berangkat dari Bandara Soekarno Hatta pukul 07:00 WIB, tiba di Changi International Airport, Singapore pukul 10:00 waktu Singapore. (Singapore dan Indonesia terjadi perbedaan waktu 1 jam). Transit sekitar 4 jam, lalu kami melanjutkan perjalanan dari Changi International Airport menuju Hong Kong International Airport pukul 2PM waktu Singapore dengan total waktu penerbangan selama 4 jam.

Oh ya karena perjalananku kali ini bersama sang mama, bisa ku pastikan aku akan terselamatkan untuk urusan perut. Mama membawa banyak sekali snack, pop mie, roti dari Holland Bakery, dan rendang sapi beserta ikan teri andalannya. Di Changi kami menyantap salah satu bekal hidup kami selama 7 hari ke depan, hihi. Sekitar pukul 6PM waktu Hong Kong pesawat yang kami tumpangi akhirnya mendarat. Hong Kong dan Singapore memiliki persamaan waktu, berarti beda 1 jam dengan waktu Indonesia. Keluar dari pesawat, kami harus menaiki salah satu bus bandara untuk membawa kami menuju ke dalam bandara. Untungnya kami tidak membawa banyak barang bawaan sehingga kami tidak perlu mengantri bagasi. Setelah sampai di dalam hall bandara, kami mengikuti arah arus dimana para penumpang satu pesawat tadi bergerak. Pertama – tama kami harus mengisi Departure Card di bandara, berbeda hal dengan Singapore dulu aku mengisi Departure Card di dalam pesawat beberapa saat sesudah pesawat take off dari Jakarta. Setelah selesai mengisi identitas di kertas putih berukuran kecil itu, kami mengantri di imigrasi Hong Kong.  Setelah beres dari imigrasi, kami terpisah dari rombongan para ibu-ibu yang tadi di pesawat sempat berbincang dengan mama, dan menyarankan kami untuk mengikutinya. Maklum dia sudah cukup mengenali seluk beluk kota Hong Kong ini. Dia juga menyarankan kami untuk naik taxi dari bandara menuju penginapan. Set dah, taxi bukan opti pertama kami untuk berpergian selama di sana haha.

Saat itu kami berada di Terminal 1, dan aku melihat Hong Kong Tourism Board. Menoleh ke kanan, aku langsung menemukan loket untuk pembelian Airport Express. Tapi saat itu bukan tiket AE yang kami beli melainkan Octopus Card. Octopus Card merupakan kartu sakti selama berkunjung  di Hong Kong. Kita bisa menggunakannya saat berpetualang menggunakan jasa MTR, bisa juga digunakan saat kita menggunakan jasa bus, dan saktinya kartu ini juga bisa digunakan untuk membeli makanan seperti di 7 Eleven.


2 Octopus Cards + MTR Map

Airport Express (AE) adalah moda transportasi eklusif yang ditawarkan Hong Kong untuk para pendatangnya. Kereta api cepat ini hanya melayani rute dari bandara menuju ke Hong Kong. Kalau dilihat dari Hong Kong MTR Map kita akan menemukan garis berwarna biru toscha dengan jalur AEL, rute : Airport - Tsing Yi - Kowloon - Hong Kong. Harga untuk AE sendiri tergolong cukup mahal untuk apara backpackeran seperti kami. Dan kami pun akhirnya memilih cara yang lebih "hemat" untuk sampai ke penginapan. Dari bandara kami naik bus bernomor A21 menuju ke Tung Chung Station.  Negara cantik yang sangat memukau ini pun kembali harus memukau ku dengan budaya penduduknya yang tertib, bahkan untuk mengantri naik bus saja mereka harus mengantri.


Antrian naik Bus A21

Biaya yang kami keluarkan untuk sampai ke Tung Chung Station hanya 2,7 HKD per orang.
Sampai di Tung Chung Station, kami masuk ke dalam lokasi MTR.  Sempat merasa agak kik kuk dengan semua hal baru yang ada di depan mata. Dari Tung Chung Station kami bergerak menuju Lai King, lalu pindah kereta karena tujuan akhir kami hari itu adalah Tsim Sha Shui Station. Biaya yang kami keluarkan untuk sampai ke station terakhir itu hanya 8 HKD per orang. Jadi total biaya transportasi kami dari bandara ke penginapan sekitar 11HKD. *senyum manis. Kebayangkan perbedaan antara kelas VIP dan kelas ekonomi hehehe.

Setibanya di Tsim Sha Shui petualangan untuk hari pertama itu belum berakhir, kami harus mencari tahu dimana lokasi penginapan yang telah ku pesan jauh – jauh hari yang lalu. Setelah bertanya ke 5 atau 6 orang penduduk sana, akhirnya aku bertemu dengan seorang perempuan muda aku menebak umurnya masih sekita 17 – 18 tahun an dan dia bersedia mencari tahu alamat tujuan ku melalui google map di hp. Maklum saja saat itu hp ku tidak berfungsi sebagaimana mestinya karena memang dari awal aku tidak berencana mengaktifkan paket roaming internasional.

Dengan sedikit perjuangan ekstra, akhirnya kami menemukan penginapan yang kami cari. But sorry to say, tempat ini agak sedikit menakutkan. Karena alasan penduduk Hong Kong yang cukup banyak dan luas Negara yang tidak seluas bumi pertiwiku Indonesia menyebabkan penduduk Hong Kong untuk tinggal dalam gedung bertingkat tinggi, model apartemen. Penginapan kami ada di lt 9 gedung Mirador Mansion. Kamar dengan ukuran yang minimalis, sangat minimalis malah menurutku hanya sekitar 2*3 meter dengan kamar mandi dalam yang jauh lebih mini. Hanya muat 1 orang, dan 2 langkah ke kanan sudah mentok tembok. Haha ya tidak jauh dari ekspektasiku karena sebelumnya aku sudah membaca review dari orang-orang untuk penginapan kelas mengenah ke bawah di Hong Kong. Tidak masalah buat kami karena tujuan kami ke Hong Kong bukanlah untuk tidur – tidur cantik di hotel berbintang.

Besoknya kami bangun lebih awal dari biasanya, dikarenakan perbedaan waktu 1 jam lebih awal dari Indonesia kami bergegas memulai petualangan kami sesungguhnya di hari itu. Jam 8 kurang kami sudah berada di luar penginapan, kali ini kami mendapatkan pemandangan yang berbeda dengan pemandangan menakutkan semalam. Oh ternyata kami masuk dari arah yang salah, pantas agak horror haha. Lingkungan penginapan kami itu dihuni banyak orang Asia dan Afrika. Sudah kebayang kan gimana seramnya penampakan orang – orang Afrika :P walaupun aku sedikit lebai, tapi itu juga yang dirasakan mamaku saat kami ada di dalam lift yang hanya berisikan 2 manusia dengan postur tubuh kecil dengan 1  pria besar berkulit hitam dengan mata yang melotot haha super jackpot.

Ternyata penginapan kami ini tidak begitu jauh dari tempat tujuan pertama kami, yaitu : Avenue of Stars. Beruntungnya kami karena kami keluar lebih awal dari waktu normal orang - orang memulai aktifitasnya, jadi kami bisa menikmati Avenue of Stars yang masih sepi itu. Paling ada sekitar 6-7 orang yang saat itu sedang lari pagi di pinggiran laut.  Baru pada saat itulah aku mengerti kenapa Hong Kong mendapat julukan "waterfront city" alias kota tepi air.




Berjalan melintasi Avenue of Stars yang masih sepi, kami menemukan banyak handprint dari para tokoh hiburan Negara ini. Tak lupa kami mengabadikan moment ini di dekat salah satu icon di Avenue of Stars, yaitu patung Bruce Lee.

“Say cheers mom….”

blank and white sky, bruce lee in action



Sejam setelah kami menghabiskan waktu di Avenue of Stars, seketika saja arena yang tadinya hanya dikunjungi kurang lebih 10 orang langsung berubah seperti pasar tradisional di Indoensia. Dimana-mana banyak orang yang juga sibuk mengabadikan moment mereka bersama orang – orang yang dikasihi, dan tidak sedikit juga kami menemui rombongan – rombongan tour dengan bendera khas di tangan para tour guide nya.

“Beruntung ya dek kita datang cepat dan bisa bebas foto saat masih belum banyak orang tadi”, kata mamaku.

Lalu kami melanjutkan perjalanan kami ke tujuan berikutnya. Kali ini tujuan kami adalah Disney Land. Yoho… Disney Land ini adalah salah satu mimpi kecilku dulu, ada di antara para tokoh kartun idolaku. Ya, ini mimpi kecilku.

Kali ini kami masuk dari pintu East Tsim Sha Shui, berbeda dengan station kami semalam walaupun daerah ini masih ada di sekitar penginapan kami. Dan ternyata untuk 1 daerah saja Hong Kong bisa memiliki 2 bahkan lebih pintu keluar MTR station yang berbeda. Cool..  Dari East Tsim Sha Shui kami menuju Lai King lalu pindah jalur ke TCL (Tung Chung Line) dengan tujuan Sunny Bay Station untuk pindah kereta menggunakan kereta khusus ke Disney Land Ressort. Hal ini sama seperti yang ku temui satu tahun silam saat mengunjungi Universal Studio di Singapore. Ada MRT khusus yang membawa para pengunjung taman hiburan tsb. Kereta khusus ke Disney Land Ressort pun berbeda dengan kereta Hong Kong pada umumnya. Designnya dibuat dengan miniature tokoh kartun Disney, mulai dari pegangan untuk para penumpang kereta yang tidak kebagian tempat duduk, lalu kaca jendela kereta, tempat duduk, dan banyak hal lain di dalam kereta tsb yang bernuanasa tokoh Disney. Tiket masuk Disney Land seharga 450HKD per orang.

Ah senangnya aku, merasa kembali ke masa saat usiaku 6 tahun dan begitu mendambakan tokoh Disney. Sekedar berbagi cerita, kecintaanku akan Disney dimulai sejak usia kecilku. Karena kecintaanku akan tokoh Disney, aku mencari tahu tokoh utama dibalik suksesnya Disney : Walt Disney. Dia sutradara handal dibalik suksesnya pamor Disney di kalangan anak – anak bahkan orang dewasa sekalipun.

Perjalanan dari Sunny Bay ke Disney Land Ressort hanya sekita 5-7 menit, dan aku tiba di salah satu mimpi kecilku itu. \(^_^)/

Let’s begin this story, mom…
Mom and I were in my big dream

Sebenarnya untukku yang begitu menyukai dunia fantasi seperti Du Fan (Indonesia), Universal Studio (Singapore) karena alasan ketertarikanku akan wahana ekstremnya yang mampu mempermainkan hormone adrenalinku secara kurang ajar, Disney Land bukanlah tempat yang cocok bagiku. Karena 75% wahana Disney Land ini hanyalah wahana “ecek-ecek” bagiku. Tapi  Disney Land ini adalah salah satu mimpi kecilku, so I must go get it.

Mom was in the castle
Cuaca di Hong Kong saat itu sangat sangat unpredictable. Seumur hidupku baru kali ini aku merasakan hal ajaib seperti ini. Selama kami berada di Disney Land ada lebih dari 10 kali hujan dengan durasi waktu hanya 2 menit lalu berhenti secara tiba-tiba, kemudian 10 menit berikutnya hujan deras lagi sekitar 2-3 menitan lalu berhenti lagi. Waw, amazing. Sebelumnya aku sudah mencari tahu mengenai iklim cuaca di Hong Kong bulan Mei adalah musim hujan. Dan kami masih sangat beruntung karena selama kami berkunjung di Negara cantik ini kami tidak merasakan yang namanya hujan badai. Thanks God.

Bermain ke wahana satu ke wahana lain, aku sangat menikmati setiap detik yang ku lalui di tempat ini dan, bersama mama. Aku lebih banyak memilih wahana yang bisa kami mainkan bersama. Tapi mama sangat mengenali siapa anak bungsunya ini. “Kalau adek mau main roller coster, pergilah nanti mama tunggu di luar”. Yihaa.. ada 4 wahana yang ku naiki sendiri tanpa mama. Gak tega juga memaksakan mama ikutan main, walaupun menurutku sebenarnya wahana itu cukup safety.

Pemandangan yang berbeda ku temui saat tahun lalu aku berada di USS (Singapore). Tahun lalu aku bersama 10 teman hanya sempat menikmati 5 wahana di USS dikarenakan jumlah pengunjung yang membludak. Tapi itu tidak ku alami saat aku berada di Disney Land. Jumlah pengunjung Disney Land saat itu jauh lebih banyak dibanding USS tahun lalu, tapi aku dan mama berhasil menaiki hampir 80% wahana yang terdapat disana. Waktu yang kami butuhkan untuk mengantri 1 wahana paling lama 10 menit.

Ah I truly deeply love this moment, Disney 

Jam menunjukkan pukul 6PM waktu Hong Kong dan kami hampir menyelesaikan semua wahana. Lalu kami bergegas meninggalkan Disney Land Ressort menuju kembali ke Avenue of Stars untuk menikmati Symphony of Lights.

Symphony of Light, Avenue of Stars

begitulah sekilas info perjalananku edisi Hong Kong





TUHAN Menjawab….

Aku minta Tuhan menyingkirkan deritaku.
Tuhan menjawab, “Tidak. Itu bukan untuk Kusingkirkan tetapi agar kau mengalahkannya.”

Aku minta Tuhan menyempurnakan kecacatanku.
Tuhan menjawab, “Tidak. Jiwa itu sempurna, badan hanyalah sementara.”

Aku minta Tuhan untuk memberiku kesabaran.
Tuhan menjawab, “Tidak. Kesabaran adalah hasil dari kesulitan. Itu tidak dihadiahkan, itu dipelajari,”

Aku minta Tuhan agar memberiku kebahagiaan.
Tuhan menjawab, “Aku memberimu berkat. Kebahagiaan itu tergantung padamu.”

Aku minta Tuhan untuk menjauhkan penderitaan.
Tuhan menjawab, “Tidak. Penderitaan menjauhkanmu dari perhatian duniawi, dan membawamu dekat kepada-Ku.”

Aku minta Tuhan untuk menumbuhkan rohku.
Tuhan menjawab, “Tidak. Kau harus menumbuhkannya sendiri, tetapi Aku akan memangkas untuk membuat kamu berbuah.”

Aku meminta Tuhan segala  hal yang membuatku menikmati hidup.
Tuhan menjawab, “Tidak. Aku akan memberimu hidup, sehingga kau dapat menikmati segala hal.”

Aku minta Tuhan membantuku mengasihi orang lain, seperti Ia mengasihi aku.
Tuhan menjawab, “Ahh.., akhirnya kau mengerti. Hari ini adalah milikmu, jangan sia-siakan. Tuhhan memberkatimu. Bagi dunia mungkin kau hanyalah seseorang, tetapi bagi seseorang kau mungkin dunianya.”



Ibadah Persekutuan Kantor Oikumene
Jumat, 8 November 2013
Ruang Kenisah Ministry, Gedung Parkir BRI2 Lt.9

IMPIAN vs TUNTUTAN


Pilihan.
Apa itu pilihan?
Dia adalah dia yang selalu membuat semua orang bingung untuk menjawab, dia yang akan selalu ada di hidup semua orang dan dia yang saat ini sedang sangat mengganggu pikiranku.
Aku benci diperhadapkan dengan mu.
Kenapa kau selalu disandingkan dengan kata penghubung “atau” ?
Kenapa kau tak bersanding saja dengan kata penghubung “dan” ?
Itu akan membuatmu menjadi satu hal yang mudah untuk kami jalani.

Kenapa kau tak membiarkan kami menjalani semuanya tanpa harus memilih satu dan meninggalkan yang lain?
Ya, karena hidup adalah pilihan.

Saat ini aku sedang merasa terjepit. Terjepit di antara 2 pilihan, antara mengejar mimpi atau memenuhi tuntutan. Sebulan ini aku kembali harus bergumul dan memikirkannya kembali. Aku ingin mengejar mimpiku. Kecintaanku akan dunia kedokteran msih begitu bergejolak di dalam diriku. Walau sudah hampir 5 tahun aku menggeluti dunia teknolgi telekomunikasi, tapi tak sedikit pun mampu mengalihkan perhatianku dari kecintaanku akan biomedical. Di penghujung tahun kemarin, aku sudah mantab menyusun plan, 2 tahun setelah ini aku akan melanjutkan kuliahku. Tapi kali ini tidak berniat untuk mendalami dunia telekomunikasi melainkan ke bagian biomedical. Sudah menjatuhkan hati ke Negara yang akan ku tuju untuk menimba ilmu. Semuanya terasa sudah ter-plan dengan sangat matang, sampai akhirnya dia pun datang menghampiriku.

*dialog singkat dengan suara hati*

Lisa (1) : yakin mau S2?
Lisa (2) : Yakin
Lisa (1) : yakin di German?
Lisa (2) : masih terus mencari sih, ga matokin harus German. Malah sekarang aku kepikiran mau lanjut di USA.
Lisa (1) : udah siap dengan semua yang akan ditinggalkan dan yang akan dihadapi ke depan?
Lisa (2) : kalau ditanya siap, ga akan ada yang siap untuk sesuatu yang belum tahu ke depannya.
Lisa (1) : yakin dengan biomedical?
Lisa (2) : itu mimpiku
Lisa (1) : yakin tidak dengan mimpimu itu?
Lisa (2) : *hening*
Lisa (1) : setelah S2, plan selanjutnya apa?
Lisa (2) : Apa?
Lisa (1) : kerja lagi? Atau udah nikah aja toh mimpinya udah kecapai? Atau terus lanjut sekolah sampai dapat gelar Dr.

Saat ini aku berusia belum genap 23 tahun. Kalau sesuai dengan plan yang sudah ku rancang aku ingin melanjutkan sekolah ku di usia yang akan memasuki angka 25. Berharap semuanya berjalan dengan mulus aku akan menyelesaikan pendidikanku di usiaku yang belum genap 27. Lalu menikah, dan aku akan mengabdi pada dunia dimana mimpiku itu berotasi. That’s my plan.

Seketika saja, ketika aku diperhadapkan dengan pilihan lain rencana yang sudah ku susun dengan sangat manisnya mulai agak sedikit goyah.

Bukannya melarang untuk mengejar mimpi, kenapa ga S2 di Indonesia aja? Toh masih ada kan kampus yang bagus, UI, ITB. Jurusan yang ingin ku geluti itu tidak berkembang luas di Indonesia L dan aku pengen semua fasilitas yang nantinya mendukung penelitian dan S2 ku lengkap.

Kenapa harus biomedical, kenapa ga ambil S2 nya MM atau MBA yang nantinya akan mendompleng carier seorang engineer? Gelar ST, MM atau ST, MBA akan sangat menjual di pasaran.  Aku bukan sedang berjualan, ini soal impian.

Ini Indonesia bung, tempat dimana kebanyakan orang hidup jauh dari mimpi, atau lebih tepatnya passion. Orang Indonesia hidup karena tuntutan. Coba berpikir sedikit lebih realistis. Ya, ini Indonesia. Dan aku tahu itu L

Ingat juga kodrat seorang wanita, toh nanti ada bagiannya suami untuk mencari nafkah. Tak perlu sebegitu ambisinya. Siapa bilang cita-cita ku untuk S2 hanya semata untuk mendompleng carier ku, ini berbicara soal passion, panggilan hidup. Sama sekali tak ada hubungannya dengan mata pencaharian.

Berpikirlah berkali-kali lagi, waktumu masih panjang menjelang 2015.

S2 atau tetap bekerja?
Indonesia atau abroad?
Biomedical atau Manajemen?

Impian atau Tuntutan?



God’s Timetable. Never too late, never too early

Semua indah pada waktu NYA.
Bukan waktu ku, bukan juga waktu kedua orang tua ku.
Melainkan waktu DIA yang empunya kehidupanku.

Aku mengimani janji Tuhan yang satu ini. Waktu Tuhan tak pernah terlambat, tak pernah pula terlalu cepat. Semuanya PAS. Walau kadang mencoba menyelami rencana Tuhan dalam penantian waktu tidaklah mudah, tapi aku tahu “saat itulah waktuNYA”.

Flashback ke masa-masa yang cukup berkesan saat Tuhan mengijinkan aku, dia, dan mereka merasakan penantian bersama DIA dalam pencarian pekerjaan. Mungkin untuk beberapa orang tidak merasakan penantian seperti yang kami rasakan, begitu lulus kuliah bahkan ada yang belum lulus pun sudah diterima kerja di satu perusahaan. Tapi kami (aku) merasakan yang namanya penantian itu.

5 bulan bagi ku bukanlah waktu yang sebentar.
8 bulan bagi dia juga bukanlah waktu yang singkat.
Dan 1 tahun lebih baginya sudah pasti bukanlah perkara yang mudah.
Bagi kami bertiga, waktu menjadi sebuah misteri Ilahi.

Biarkan itu menjadi rencana NYA, toh tak ada satu pun yang bisa kita lakukan kalau saja Tuhan belum berkata : “ini waktuNYA”.

5 bulan menanti,
8 bulan menanti,
dan 1 tahun lebih menanti,

Kami bertiga akhirnya bisa merasakan jawaban Tuhan yang termanis untuk setiap doa, perjuangan dan penantian kami. Cepat ada yang dikejar, lama ada yang ditunggu. Dan kami pun menunggu sesuatu yang terbaik dari Tuhan. Sungguh, semua indah pada waktuNYA. Kalau belum indah, berarti itu belum waktuNYA.

Terima kasih untuk proyek 10PM nya, kita bertiga merasakan manisnya jawaban dari doa kita ya J
(Kristina dan Erfan)


baru sempat nulis begini, setelah akhirnya kami bertiga mendapatkan apa yang selama ini kami minta 

I can see it from your face

Senin kemarin, akhirnya aku bisa join dalam 1 project di kantorku. Sore itu bos ku mengenalkanku pada bos di project tsb. Dia orang Chinese, jadi untuk bisa berkomunikasi dengannya aku harus menggunakan bahasa Inggris. Di awali dengan perkenalan nama, posisi apa di kantor, berasal darimana, kuliah dimana, sampai akhirnya dia menjelaskan apa yang akan ku kerjakan dalam project itu nantinya. Saat sudah di akhir pembicaraan, saat dimana aku akan beranjak pergi ke lab untuk mengambil laptop dan berpindah ruangan ke kubikel project ini,

dia tiba2 bertanya : “What is your religion?” | “Christian” | “Yeah, I know that. I can see it from your face J. Yup, tidak susah bagiku untuk memberi tahu orang-orang bahwa aku Kristen. Banyak orang yang langsung tahu bahwa aku Kristen hanya dari melihat dari wajahku. Ini bukan kali pertamanya kejadian seperti ini terjadi. Sesungguhnya in menjadi satu kebanggaan tersendiri bagiku. Akan tetapi hal ini pun menjadi satu pertanyaan besar yang kemudian mengusikku sekarang ini. Kalau saja dunia tahu aku Kristen hanya dari wajah, bagaimana nanti kalau aku bertemu dengan orang-orang buta , mereka yang tidak bisa melihat wajahku, Akankah mereka tetap bisa tahu bahwa aku Kristen?

Tentu! Dunia akan tahu mana yang anak Tuhan dan mana yang bukan. Anak Tuhan itu berbeda dari yang lain. Kita memiliki ciri yang khas. Kristus jelas terpancar di wajah anak-anakNya. Masalahnya sekarang, apakah hidup kita juga memancarkan bahwa Kristus benar-benar ada di dalamnya? Jangan pernah permalukan DIA, saat hidupmu “melenceng” dan mengikuti dosa, dunia akan sangat mudah mengenali kau Kristen karena Kristus ada di wajah setiap anak-anakNya.

Di dalam satu perenungan akan kejadian ini aku sempat merasa bangga karena orang-orang bisa mengetahui aku Kristen hanya dari wajahku. Akan tetapi lebih dari itu aku ingin orang-orang juga  bisa tahu aku Kristen bukan hanya dari wajahku saja, tapi juga dari kehidupanku.

Someday, aku akan mendengar orang-orang mengatakan ini kepadaku :

“I know you are a Christian, I can see it from your life”

The End of 2012


31 Desember 2012,
means ini hari terakhir di tahun 2012 ini. Tahun yang hebat, tahun yang penuh berkat, tahun dimana aku bisa melewati banyak proses hanya karena DIA.

Yuk mari flashback dulu untuk beberapa resolusi yang dulu pernah ku buat mengawali perjalanan hidup di tahun ini….

RESOLUSI di 2012 :
1.   Bible reading untuk proyek satu tahun à tidak berhasil, karena hanya 10 pasal saja yang berhasil terselesaikan :’(
2.   Mengurangi jam tidur yang berlebihan à BERHASIL walau tidak dengan baik. Setidaknya sudah tidak mengHARUSkan lagi adanya tidur siang dan tidur malam yang lebih awal :P
3.       Lulus di JULI 2012 à BERHASIL. Aku sidang di 21 JUNI 2012, dan wisuda di 28 JULI 2012 J
4.      Kerja di Huawei setelah lulus Juli à BERHASIL. Silahkan baca post sebelum ini :’)
5.  Berangkat ke Singapore bersama Gotti, Tania, Damar à tidak berhasil. Plan awal mau berangkat di akhir Januari kemaren tapi karena Tania sibuk dengan persiapan sidang, batal. Plan selanjutnya mau berangkat di bulan Juni, sekarang giliranku dan Damar yang sibuk persiapan sidang maka batal. Ini ada plan lagi mau di akhir Januari 2013 tapi belum tahu sepertinya akan ada giliran Gotti kali ini :))
6.      Berat badan proporsional à sempat BERHASIL di bulan September lalu, tapi sekarang sudah kembali ke asalnya. Haha yasudalah ntar kalau ada niatan lagi, I will give my best for this resolution
7.       Tidak cemburu yang berlebihan à belum BERHASIL untuk case tertentu…
8.      Tidak mudah sensi à duh lupa eui >.< Ngambekan sih, tapi kayaknya sih ga sering
9.  Berkunjung ke kota kelahiran à BERHASIL. Senangnya super duper sekali. Akhirnya kesampean juga cita-cita pengen menginjakkan kaki kembali ke kota ini.
10.  Membenahi kelompok kecil à BERHASIL. Akhirnya keberadaanku bisa diterima dengan baik oleh 2 adik PA ku, dan sekarang kelompok kecil ku semakin banyak karena ada 3 cucu PA ku Hihi senang
11.    Memberi perhatian khusus untuk kelompok kecil à BERHASIL. Keluarga PA (check), 2 adik PA (check), kelompok kecil lanjutan (check). Haha rasa sayangku semakin besar untuk mereka di tahun ini ;)

Asik!! Banyak yang berhasil eui *joget2*, tapi masih banyak juga ternyata resolusi yang belum berhasil dan harus to be continue untuk tahun 2013 nanti..

Tahun 2012 menjadi tahun yang sangat specil bagi ku.
Tahun ini kami sekeluarga, terkhusus aku pribadi merasakan benar DIA ada di hidupku dan mengendalikan segala sesuatunya.  Bisa sidang dan lulus dari kampus di tahun ini itu semua karena DIA. Bisa menemukan pekerjaan itu juga karena DIA. Tahun ini pun Tuhan kembali memberi keluarga kami kado natal yang indah. Setelah hampir 2 tahun hidup di rumah kontrakan yang lumayan super mini, akhirnya TUHAN beri kami gubuk yang cukup megah yang menjadi rumah idaman milik keluarga kami. Hebatnya, papa tidak perlu sampai harus menjual istana kami di Medan untuk bisa punya istana yang baru di Bekasi. Itu semua juga karena TUHAN.

Aku percaya setiap air mata dan perjuangan hidup yang ku lalui selama setahun ini pun, semuanya karena TUHAN dan hanya untuk satu tujuan, yaitu memenuhi RANCANGAN terbaik NYA di hidupku.

Terima kasih…
Untuk tangan yang selalu siap menopangku saat ku terjatuh
Untuk peluk dan dekapan MU saat ku menangis
Untuk kekuatan dan kemampuan saat ku berjuang
Untuk kasih sayang MU yang tak pernah habis di hidupku

Allah ku, HEBAT dan DASYAT
Terima kasih untuk satu tahun ini
Terima kasih untuk berkat yang KAU turunkan untuk keluargaku
Terima kasih untuk orang-orang yang ada di sekitarku

Maaf, kalau selama satu tahun ini banyak kelakuanku yang mendukakan hati MU
Pegang terus tanganku,
Hidupku ini hanya ingin menyenangkan hati MU

2012 yang HEBAT
hanya karena  DIA yang HEBAT
selamat datang 2013 yang tak akan kalah HEBATnya