Tersakiti untuk ke dua kalinya.
Sedih, dan benar-benar sedih. Siang itu begitu mengetahui suatu kebenaran yang belum ku tahu kevalidannya, aku yang sedang ada di bawah tekanan karena tuntutan tugas akhir harus menerima kenyataan itu untuk ke dua kalinya. Bukan kali pertama, tapi tetap saja sakit.
Dan lagi aku tak tahu apa yang menjadi penyebab kejadian itu harus terjadi kembali. Sebegitu jahatnyakah aku ini sampai bisa membuatnya membenciku kembali? Aku sama sekali tak mau mengklarifikasi masalah itu, saat ini hatiku yang kalut hanya tahu aku tersakiti untuk kedua kalinya. Lagi dan lagi, seorang teman yang dulu ku anggap teman kembali menggoreskan luka. Sempat terlintas di benakku untuk membalas semua sakit yang pernah dia buat, tapi apa bedanya aku dan dia yang masih saja terus menyimpan dendam. Kembali diingatkan akan “Forgive dan Forget” dan aku yang sudah berhasil melupakan kembali dipaksa untuk mengingatnya. SAKIT dan semoga tak bertahan lama. Aku sama sekali tak ingin memelihara kebencian, mendendam atau apa lah, itu sama sekali tak ada di kamus hidupku. Akar kepahitan sungguh tak ada gunanya, dan aku tak mau memeliharanya.
Hari ini, setelah mood yang rusak karena kejadian itu, seorang teman memberiku saran. “Klo masa2 kayak gini hindari masalah kurangi pikiran, biar fokus lulus". Masa-masa kayak gini yang dia maksud adalah masa-masa mahasiswa tingkat akhir yang bergumul dengan tugas akhir, masih ada hal yang paling berharga lainnya untuk dipusingin, tugas akhir salah satunya. Lagian untuk apa pusing karena itu, toh masih punya banyak orang lain yang bisa membuatku tersenyum.
Teriring terima kasih buatmu yang membuat hidupku menjadi berwarna, walaupun warnanya agak kelap. -__-“
No comments:
Post a Comment