Finally, bisa menginjakkan
kaki di salah satu kota penyutingan film BBF “Boys Before Flower” yang dulu nge
hits banget di hidup anak remaja sesuaiku (re: anak gahul 90an). Yihaa, sambil joget2. Letaknya tidak
begitu jauh dari Hong Kong, kalau lewat jalur laut paling 2 jam-an juga udah
nyampe.
Aku yang mabok laut
memilih untuk tidur sepanjang perjalanan kami menuju Macao. Sementara mama
dengan stamina fisik yang top habis, sambil sekali kali menikmati pemandangan
laut yang terbentang di balik jendela kapal masih sempat membaca buku rohani
yang dibawanya dari Jakarta. Akhirnya kami pun tiba di Macao Ferry Terminal
dengan selamat, hehe. Check recheck di imigrasi (lagi), setelah itu langsung
saja aku mengambil semua brosur dan peta petunjuk ttg Macao yang terdapat di
sebelah kanan hall di terminal tsb.
Di luar terminal, kami
disambut dengan pemandangan indah. Banyak bus warna – warni mewah berjejer rapi
di halaman parkir di sebrang terminal. Untuk mencapai halaman parkir tsb, para
pengunjung yang datang dari dalam Ferry Terminal harus turun ke ground floor
untuk menyebrangi jalan. Yess, salah satu bus cantik itu akan menjadi
alternative transportasi kami selama berlibur di Macao. Selama di Macao, kami hanya mengeluarkan uang sebesar 12MOP untuk transportasi, itu juga karena nyasar dan harus memilih taxi sebagai jawaban dari masalah "lost in the city" yang kami alami selama kurang lebih 2 jam. Hanya di Macao lah kita bisa berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain tanpa mengeluarkan biaya alias gretongan. Kita hanya perlu mencari tahu informasi mengenai objek wisata yang dilintasi oleh semua shuttle bus. Hotel - hotel yang menyediakan free shuttle bus : Venetian, City of Dream, Wynn, Grand Lisboa, dan masih banyak lagi.
Venetian shuttle bus |
oh ya untuk para wisatawan yang datang dari Hong Kong, tak perlu repot untuk menukarkan uang. Macao menerima mata uang HKD juga, tapi jangan lupa pada saat membelanjakan uang di Macao minta uang kembaliannya dalam bentuk HKD. Karena pada saat di Hong Kong mereka tidak menerima lagi MOP (mata uang Macao). Tujuan pertama kami saat
itu adalah Venetian. Ya Venetian. Salah satu icon yang menjadikan Macao cukup
terkenal di mata para tourist mancanegara. Hotel bertaraf international ini
menyajikan banyak objek wisata yang wajib dikunjungi pada saat kita
menginjakkan kaki di Negara administratif China ini, yaitu casino, grand canal
Venetian, boutique yang aku sendiri gak berniat untuk melihat lihat ke dalam
(sudah kebayang harganya berapa haha), dsb.
Bagi para travelers
selevel backpacker spt kami ini, menginap di venetian tak pernah ada dalam list
perjalanan kami. Oleh karena itu kami hanya ingin melihat spt apa wujud hotel
yang namanya sudah mendunia itu. Kami tiba di hotel tepatnya di pintu West
Loby. Masuk ke dalam hotel, menoleh ke sebelah kiri kita akan dengan mudah
menemukan “free luggage service”. Segera saja kami ikut mengantri untuk
menitipkan ransel besar kami kepada para petugas itu sementara kami akan
berkeliling hotel. Note : ini gratis loh, dan ini merupakan
layanan dari hotel.
Aku dan mama segera
berkeliling.
my mom was in her action |
Di salah satu sisi hotel
ini kita akan disuguhkan pemandangan kota-kota kecil bak sedang berada di kota
Venezia, Italia. Ada nama jalan-jalan, gedung bertingkat, ada kanal-kanal air
(seperti sungai) dan gondola (kapal kayu). Ada yang unik dari pemandangan grand
canal venetian macao ini, mereka akan menawarkan suasan romantis ria sambil
naik gondola lalu diiringi dengan lagu-lagu romantic berbahasa spanyol atau
Italy yang akan dinyanyikan oleh sang kemudi kapal.
Gondola at Grand Canal Venetian, Macao |
Setelah puas bernarsis ria
di sekitar grand canal, kami melanjutakan perjalanan kami melihat sisi lain
dari Venetian. Ini loby utama dari hotel :
Main Loby, Venetian Hotel |
Dari loby utama kami
penasaran ingin melihat dekat suasana casino. Melihat tampang kami yang lecek bener, (the real backpacker) aku tak
yakin kami diperbolehkan masuk ke dalam casino. Setahuku casino di Medan mengharuskan
orang dengan dandanan yang elegan (jas), minimal kemeja dan sepatu, no sandal
untuk boleh masuk ke dalam casino. Iseng saja, kami pun mengikuti kumpulan
ibu-ibu yang ku yakini juga merupakan golongan tourist spt kami. Yes, ternyata
boleh masuk. Tapi gak boleh take picture. Haha, sayang sekali saudara-saudara
:p
pemandangan casino dari luar |
Kota administratif ini
bisa hidup dari mata pencaharian spt ini, casino. Ya walaupun factor wisata
juga menjadi salah satu aspek kehidupan ekonomi warga setempat. Dan aku tidak
melihat adanya kehidupan yang lebih berarti di daerah Colone ini selain casino
dan hotel mewah.
Setelah itu kami pun
menyelesaikan petualangan kami di Venetian. Mengambil kembali ransel yang tadi
kami titipkan, kami kembali ke Ferry Macao Terminal dengan menaiki free shuttle
bus yang tadi membawa kami ke Venetian. Dari terminal kami berpindah shuttle
bus mencari bus Grand Lisboa hotel. Penginapan kami letaknya tidak jauh dari GL
ini. Lagi – lagi shuttle bus GL ini pun gratis. Hihi, asiknya bisa
kemana-kemana gretongan dengan bus mewah.
Tapi ada satu hal yang selalu
akan menjadi penghalang dalam perjalanan kami kali ini, yaitu : bahasa. Agak
aneh sih kenapa objek wisata yang bertaraf international spt Macao, China,
bahkan Hong Kong sekalipun tidak memaksa para warga setempat untuk mempelajari
bahasa Inggris sebagai bahasa international. Dan ini jugalah yang mengakibatkan
aku dan mama “lost in the city” selama hampir 2 jam untuk mencari penginapan
kami. Tak 1 pun orang yang kami temui di jalanan fasih berbahasa inggris. Malah
kebanyakan (hampir 80%) jika disamperin dgn kata “execuse me” langsung
melambaikan tangan meresponi maaf. Ah,, sedih sekali L
Setelah 2 jam akhirnya
berhasil menemukan penginapan itu, setelah dengan banyak bahasa diupayakan,
termasuk bahasa tubuh dan bahasa uka-uka :)))) Drop barang, meluruskan punggung
yang sedikit mulai membengkok karena kelamaan membawa ransel yang berat,
bersih-bersih wajah yang mulai lecek maksimal, setelah itu aku memutuskan untuk
melihat-lihat tempat spt apa yang ada di sekitar penginapan kami itu.
Nih ada toko souvenir yang
menarik perhatian kami. Dan ternyata salah satu pegawainya orang Indonesia.
Kami langsung ditawarin minum dan permen begitu si pemilik toko tahu kami orang
Indonesia.
disini toko murah |
Dan ternyata penginapan
kami dekat dengan destinasi kami berikutnya, yaitu : Ruin of St. Paul dan
Senado Square. Sik asik, lumayan hemat kaki biar gak pegal-pegal amat.
Ruin of St. Paul |
Ada toko kue yang cukup terkenal,
pastelaria Koi Kei menjual makanan khas Macao. Kalau sempat mengunjunginya,
jangan lupa untuk membeli kue egg tart yang sangat terkenal.
pastelaria Koi Kei |
Egg Tart, Portugis Cake |
Yah, Macao menggoreskan
cerita manis di hidupku. Kota yang penuh dengan kemegahan dan kemewahan.. I’m
love in it, Macao.